Kami berjalan menyusuri padang
bulan. Beratapkan langit dan bintang-bintang yang menggantung. Gelap
kian pekat. Semilir angin berhembus membisiki telinga. Dingin, tapi aku
tahu dia di sampingku.
Dari kejauhan aku melihat beberapa tangkai mawar merah di atas bangku kayu yang ditemani temaramnya lampu taman. Sederhana, namun indah. Aku tahu, dia selalu penuh kejutan. Dia tahu betul aku pengagum bunga. Sama halnya seperti aku mengagumi senja, laut, bintang, dan..... dia. Malam itu, ia memberikan tetes surga pada setiap mahkotanya. Manis sekali.
Dia menarik tanganku. Mengajak ke suatu tempat yang menurutnya pasti ku suka. Kami berhenti di tengah hamparan hijau yang luas. Hanya ada kami. Lalu berbaring di atas rumput yang lembut layaknya permadani. Memandangi langit. Menghitung bintang dan menyatukannya dengan telunjuk kami. Entah sedang membentuk rasi apa. Tak banyak kata yang terucap saat itu. Sesekali hanya terdengar tawa geli dari mulut kami. Membodoh-bodohi diri sendiri. Lalu kembali diam, tenggelam dalam perasaan.
Kemudian ia berbisik....
Aku Sayang Kamu
Kemudian ia berbisik....
Aku Sayang Kamu
No comments:
Post a Comment